Rabu, 10 Oktober 2012

Guru: Lebih meningkatkan Integritas Kepribadian


1. Kegiatan pokok dalam pendidikan adalah: mendidik, mengajar dan melatih. 
Landasan Pendidikan di Indonesia adalah UU dan Peraturan-Peraturan Pemerintah, Menteri dll, tentang pendidikan. UU terakhir tentang Pendidikan adalah UU. RI. No.   20. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Menurut UU. RI. NO. 20. Tahun 2003.
Pendidikan dimaksudkan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Maka berdasarkan  defenisi dalam UU. RI. NO. 20. Tahun 2003 tersebut:
  • Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik, guru.
  • Usaha tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.
  • Suasana dan proses pembelajaran dalam hal ini berfungsi sebagai sarana, dan wahana yang menggerakkan peserta didik dapat belajar secara aktif.
  • Dengan demikian penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran adalah sasaran langsung dari pendidikan.
  • Murid belajar adalah sasaran kedua.
  • Sementara sistem pendidikan yang dianut adalah sekolah aktif.
  • Tujuan dari pendidikan ialah mengembangkan potensi diri murid agar murid-murid memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
  • Murid harus aktif mengusahakan hal-hal tersebut, sebagai subyek yang sedang belajar di bawah bimbingan guru sebagai fasilitator, animator, nara sumber, dll.
2. Pendidikan berlangsung dalam interaksi yang disebut sebagai interaksi pendidikan atau interaksi edukatif. Sementara Interaksi edukatif berkembang dari interaksi manusia, yang terjadi berdasarkan esensi manusia sebagai makhluk berakal budi, dan makluk sosial. Sebagai makluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dengan manusia lain. Komunikasi di antara manusia itulah yang menimbulkan interaksi di antara manusia yang disebut interaksi manusiawi.

Namun interaksi antar manusia ini belum dapat disebut sebagai interaksi pendidikan karena interaksi ini tidak memiliki tujuan. Interaksi di antara manusia ini timbul untuk memuaskan motif-motif masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi. Sedangkan interaksi pendidikan adalah interaksi yang sadar, disengaja dan direncanakan, dan mempunyai tujuan yang mau dicapai yaitu kedewasaan peserta didik, atau murid.

Kedewasaan peserta didik atau murid menurut UU. RI No. 20. Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, dijabarkan sebagai berikut:
  • Mampu mengembangkan potensi dirinya
  • Memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
  • Berkepribadian,
  • Beraklak mulia, mampu mengendalikan diri,
  • Memiliki kecerdasan
  • Memiliki ketrampilan,
  • Hidup efektif dan berguna bagi dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Selain UU. RI. NO. 20. Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional, PBB/UNESCO, mengemukakan pula tujuan pendidikan, sebagai berikut, yaitu:
  • learning to know,
  • learning to do,
  • learning to be, dan
  • learning to live together
3. Yang terlibat dalam interaksi edukatif, di satu pihak guru, sebagai orang yang sudah dewasa, dan di lain pihak, murid sebagai peserta didik yang belum dewasa. Dalam interaksi edukatif itu, guru mempunyai fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab, mendidik dan mengajar, sementara murid mempunyai fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab sebagai subyek belajar yang sedang belajar. Maka dalam interaksi edukatif terjadi pula interaksi belajar dan mengajar. Dalam interaksi tersebut, pengajaran sebagai medianya; dan yang mengikat guru dan murid  adalah tujuan pendidikan, pengajaran.

Belajar dan mengajar mempunyai dasar-dasar teorinya yang harus diketahui oleh guru agar supaya dia dapat membimbing murid-muridnya dengan baik.

Dan karena kedewasaan yang menjadi tujuan pendidikan itu terjadi dalam interaksi guru-murid, maka pengaruh dari pendidik memainkan peranan yang sangat penting. Pengaruh guru ini berdasar pada integritas kepribadian guru itu yang membuatnya berwibawa. Pengaruh karena kewibawaan yang dimiliki guru itu akan memudahkan dia untuk mengsosialisasi, memberi sugesti dan motivasi, agar murid dapat meniru (imitasi), menginternalisasi dan melakukan identifikasi atas nilai-nilai dan sikap-sikap yang diberikan kepadanya.

4. Integritas berasal dari kata sifat latin integer: utuh, lengkap, komplit, tidak cedera, tidak dirusakkan. Kata benda dari integer adalah Integritas yang berarti keutuhan, kesempurnaan, kebulatan, kemurnian, ketulusan, kejujuran.

Integritas dalam bahasa Inggris disebut Integrity, yang berarti keutuhan, ketulusan hati, kejujuran; mutu dari kekuatan atau kesehatan moral yang konsisten. Dalam bahasa Indonesia, disebut integritas yang berarti  pula kejujuran; mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; wujud keutuhan prinsip moral dan etika.
Kata kerja dari integrity (bahasa Inggris), Integrate yang berarti proses pengkoordinasian dan menyatukan elemen-elemen yang terpisah menjadi satu keseluruhan. Atau berarti pula menjadikan keseluruhan harmonis atau terkoordinasikan dengan cara penyusunan ulang, pengorganisasian, dengan sesekali menambah atau menghapuskan elemen-elemen atau bagian-bagiannya.

Dari pengertian kata integritas diatas kemudian muncul istilah Integration behavioral, atau pengintegrasian tingkah laku yaitu pencampuran, perangkaian atau pengkombinasian sejumlah perilaku terpisah menjadi satu koordinat menyeluruh. Atau suatu kondisi kepribadian atau kondisi dari keseluruhan organisme dalam mana semua sifat atau bagian bekerja sama dalam satu kesatuan secara terkoordinasi.

Maka kepribadian yang memiliki Integritas dapat dikatakan: pribadi yang utuh, seimbang, kongruen, antara apa yang dipikirkan, dirasakan, diyakini dalam hati sesuai atau sama dengan apa yang dikatakan, dilakukan dan dijalankan dengan konsisten.  Jadi integritas dapat pula berarti kebajikan atau nilai-nilai berupa kemurnian, ketulusan hati dan kejujuran yang menjadikannya berwibawa, berpengaruh, digugu, dan ditiru.


Dengan demikian guru yang memiliki integritas adalah guru yang manusiawi dan profesional, yang memiliki kompetensi-kompetensi: pribadi, sosial, pedagogis, profesional, (utuh, seimbang, kongruen, murni, tulus hati dan jujur), bersikap etis dan berpegang teguh pada kode etik dan moral yang menjadikannya berwibawa, berpengaruh, digugu dan ditiru.


5. Secara konkret integritas dapat diwujudkan dalam sikap-sikap sebagai berikut: seorang guru harus bersikap fair, tahu berterima kasih, selalu berkata benar, selalu berusaha/mengejar kesempurnaan, hidup menurut nilai-nilai yang dihayati, memberi perhatian yang penuh terhadap peningkatan kepribadian, merasa bersalah bila, terlalu ingat diri, mampu mengontrol kemarahan, percaya kepada seseorang/murid, tidak ingat diri, memberi dengan tidak mengharapkan pembalasan, merasa bebas dari harapan-harapan orang lain, menerima kelemahan-kelemahan diri, spontan, punya harga diri, tahu akan apa yang dibuat, bisa menghadapi segala ups and down dalam hidup, terbuka dalam relasi dengan orang lain, mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengendali situasi, percaya akan kebaikan manusia lain sebagai hal esensial, menyukai orang lain, berani mengambil resiko mengatakan yang benar kepada orang lain, merasa bebas untuk menyatakan kehangatan persahabatan dengan teman lain, tidak malu dengan emosi-emosinya, menyatakan afeksi dengan tidak mengharapkan balasan, memadu seks dengan cinta, sadar akan kritik sebagai hal yang perlu untuk maju, menyadari bahwa penampilan-penampilan lahiriah bukan sesuatu yang amat penting, mampu mengatakan kelemahan-kelemahan kepada teman lain, merasa bebas untuk mandiri dan memikul resiko-resikonya, bersikap kooperatif, menyadari bahwa tidak semua perbuatan orang lain baik, suka privat, mengabdi pada pekerjaan.


6. Akhirnya jika Anda melakukan setiap tindakan integritas dengan konsisten, tindakan itu akan membuat karakter Anda lebih kuat. Dan ketika Anda meningkatkan kualitas dan kekuatan karakter Anda, setiap bagian lain dari hidup Anda akan meningkat pula. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar